Sabtu, 01 Maret 2014

KEHAMILANKU II

Karna adek udah mulai bobok nyenyak, mulai lagi nyeritain masa-masa kehamilanku, jadi setelah mengetahui kehamilanku, aku jadi agak sedikit manja apa-apa minta di ngertiin, minta lebih di perhatiin pokoknya aku minta sesuatu yang lebih ketika aku hamil. Semuanya berjalan lancar sampai kehamilanku menginjak tiga bulan, setelah itu entah kenapa mual-mualku tambah parah, aku jadi kurang bersemangat, pernah satu hari aku gak makan apa-apa karna mual yang akut, kuliah pun jadi males, akhirnya aku memutuskan meninggalkan kuliah dan ikut suamiku ke Jakarta padahal waktu itu sudah hampr ujian tengah semester.
Kuliahku memang terbengkalai sejak aku menikah, entahlah aku jadi tidak konsen dan memang sangat tidak bertanggung jawab, seenaknya bolos kuliah demi liburan ke Jakarta, rasanya ingin selalu dekat dengan suamiku. Apalagi setelah aku hamil, aku gak bisa makan nasi kalo gak disuapin suami, jadi setiap mau berangkat kerja suami nyuapin aku dulu, pulang kerja lebih awal untuk menyuapiku, itu berjalan cukup lama. Mungkin bawaan bayi sampai aku gak doyan nasi yang gak dari tangan ayahnya, hehehe.
Setelah umur kandunganku tiga bulan, aku mulai berani untuk usg, waktu itu suamiku mengantar ke dokter kandungan, pertama kali aku melihat bentuk janin di rahimku, masih kecil hanya berapa gram saja, rasanya terharu sekali, melihat jantungan berkedap-kedip di layar computer, subhanallah luar biasa sekali saat itu.
24 MINGGU




Satu, dua, tiga, empat bulan aku lewati, aku masih saja mual, dan semakin tua kehamilanku aku merasa semakin sensitive, setiap suamiku lupa member kabar atau lupa menanyakan hal-hal yang sepele aku mudah sekali ngambek, marah dan menangis, rasanya pribadiku berubah menjadi sangat manja dan cengeng. Rasa mual masih saja aku rasakan sampai saat ini, ya Allah hampir aku gak bisa makan nasi, hanya buah dan sayuran.
Setelah tujuh bulan, ada adat di daerahku untuk membuat syukuran untuk janin dan ibunya agar selalu mendapat perlindungan dari Allah, biasa di sebut mitoni kalo di daerahku, jadi waktu itu bikin rujak terus dibagikan di desa, dan malamnya mengadakan tasyakuran. Konon katanya kalo rujaknya pedas anaknya laki-laki, kalo manis perempuan. Waktu itu kebetulan rujakku enak, pedas manis pas dan hasilnya anakku perempuan, hehehehe.
Setelah tujuh bulan aku mulai boleh membeli peralatan tetek bengek untuk calon bayi, waktu itu aku antusias banget, karna ini salah satu moment yang aku tunggu. Semalam sebelum belanja aku catat semua yang di perlukan, karna ini yang pertama aku gak tau apa aja yang harus dbeli, untung ada ibu yang selalu membantu, peran ibuku disaat aku hamil sungguh luar biasa, beliau sangat memperhatiakan aku, menjaga makan dan perasaanku. Sungguh luar biasa peran beliau, hingga sekarang.
Hari pertama belanja, aku hanya berdua dengan suamiku, ternyata satu hari gak cukup untuk belanja keperluannya, butuh sampai tiga hari, setelah semua keperluan adek sudah lengkap, aku mulai mencuci bajunya, rasanya ada kebahagian tersendiri ketika aku menjemur satu per satu baju mungil itu, sambil mengelus perut, aku membisikan kalimat-kalimat manja untuk calon anakku. Indahnya menjadi seorang ibu, luar biasa sekali. Sampai sekarang aku masih merindukan masa-masa itu.
Tujuh bulan berlalu, delapan bulan berlalu, semakin dekat dengan bulan kesembilan aku mulai merasakan kekhawatiran, aku mulai merasa takut, aku membayangkan kalo aku tidak mampu, aku mulai membicarakan hal itu dengan suamiku, sampai akhirnya kami memutuskan untu Caesar, karna perasaan yang sama, suamiku takut aku merasakan kesakitan yang akan menyiksaku, setelah itu aku mulai browsing tentang operasi Caesar, bertanya pada dokter, bidan dan ibuku yang kebetulan dulu mengalami operasi Caesar waktu melahirkanku, dan setelah aku merenungkan semuanya aku mulai berani mengambil keputusan kalau akau kan melahirkan normal, hal itu di tentang oleh suamiku, tapi aku tetap kekeh untuh normal, demi anakku, demi naluri keibuanku dan demi kedekatanku dengan anakku, aku yakin kodrat permpuan adalah melahirkan dan Allah pasti akan melindungi dan member kekuatan untukku.
Delapan bulan lebih dua minggu, tanggal 8 mei 2013, setelah sholat asar, aku merasakan perutku kontraksi, aku memang sering kontraksi palsu selama ini, jadi aku pikir itu hanya kontraksi palsu, namun rasanya lebih sakit, aku hanya menahannya, walaupun terkadang saking sakitnya aku menangis. Setelah abis maghrib ibu menghampiriku menanyakan keadaanku, beliau bilang mungkin ini waktunya, tapi aku tetep bilang belum bu ini hanya kontraksi palsu, sampai aku gak kuat, setelah isya budhe yang kebetulan bidan datang ke rumahku, memeriksa kondisiku dan melakukan cek dalam, ternyata sudah pembukaan dua. Subhanallah sebentar lagi aku akan bertemu dengan bidadari kecilku.
Aku langsung menelpon suamiku mengabari bahwa aku akan melahirkan, suamiku yang kebetulan saat itu ada di Jakarta langsung pulang. Sayang saat itu jalur lalu lintas sedang macet, suamiku terjebak macet, jam 8 malam aku langsung ke rumah sakit, disana kembali aku di cek dalam, menyakitkan sekali saat-saat itu dan ternyata masih pembukaan dua.
Kontraksi sudah semakin terasa, tapi jaraknya masih agak lama, waktu itu aku mengalami yang namanya uwat kidang kata orang jawa, kontraksi sambil mengeluarkan darah dan itu rasanya sakit sekali, jam 12 malam dilakukan lagi cek dalam dan ternyata masih pembukaan dua saja, aku mulai gelisah, karna merasakan kontraksi yng sudah cukup lama.
Semalaman aku menahan rasa sakit di temani oleh ibuku, jam 4 subuh dilakukan lagi cek dalam dan ternyata masih pembukaan dua, sampai akhirnya jam 8 masih saja pembukaan dua, aku mulai menangis, aku takut kelahiran buah hatiku tidak akan lancar  tapi ibu menenangkanku. Suamiku tak kunjung datang juga, yang seharusnya sampai subuh tadi.
Setelah jam 10 dilakukan cek dalam oleh dokter kandungan dan ternyata sudah pembukaan empat, aku sudah lemas saat itu, rasa sakit yang semakin sakit membuatku berpikir untuk operasi, suamiku pun mendukungnya, tapi ibu meyakinkanku bahwa aku bisa, sudah setengah jalan, tinggal sebentar lagi, alhamdullilah waktu itu aku dikelilingi orang-orang terkasihku, hanya suamiku yang tak ada.
Tepat jam satu suamiku datang, dia mengelus perutku, mendapat omelanku,aku merasa lega dia ada disisiku, keberadaannya memberikan dukungan yang luar biasa untukku, saat dia pergi sholat, ternyata aku sudah pembukaan sepuluh, sayang saat detik-detik kelahiran buah hati kami, dia tidak disisiku, ibu yang menggantikannya, waktu itu aku cukup lama mengejan karna pernafasanku dan kondisiku yang sudah lemah, tiga kali aku mengejan dan akhirnyaaaaaa adek lahir, pertama yang aku tanyakan, sempurna dok? Alhamdullialh sempurna, aku bersyukur sekali, tangis dan pelukan hangat dari ibu, bayi kecilku yang mirip sekali dengan ayahnya ada didadaku sambil seolah berkata, hallo bunda, I’m coming, heheheh
Setelah proses yang begitu lama, aku masih merasakan proses yang menyakitkan, jahit menjait dan pembersihan rahim sangat menyiksaku. Setelah beristirahat satu jam, aku dan bayiku di pertemukan di ruang yang sama, di tidur di sebelahku, pertama kali aku memegangnya, menciumnya, bahagiannya kami saat itu.

Keluarga berkumpul di rumah sakit, becanda dan berbahagia bersama, semua perhatian tertuju pada bidadari kecil kami, semua bahagia, semua terasa indah saat itu, terima kasih Tuhan, Engkau memberikan karunia yang luar biasa pada kami. 


BEBERAPA JAM SETELAH KELAHIRAN KARISSA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar