Karna adek
udah mulai bobok nyenyak, mulai lagi nyeritain masa-masa kehamilanku, jadi
setelah mengetahui kehamilanku, aku jadi agak sedikit manja apa-apa minta di
ngertiin, minta lebih di perhatiin pokoknya aku minta sesuatu yang lebih ketika
aku hamil. Semuanya berjalan lancar sampai kehamilanku menginjak tiga bulan,
setelah itu entah kenapa mual-mualku tambah parah, aku jadi kurang bersemangat,
pernah satu hari aku gak makan apa-apa karna mual yang akut, kuliah pun jadi
males, akhirnya aku memutuskan meninggalkan kuliah dan ikut suamiku ke Jakarta
padahal waktu itu sudah hampr ujian tengah semester.
Kuliahku
memang terbengkalai sejak aku menikah, entahlah aku jadi tidak konsen dan
memang sangat tidak bertanggung jawab, seenaknya bolos kuliah demi liburan ke
Jakarta, rasanya ingin selalu dekat dengan suamiku. Apalagi setelah aku hamil,
aku gak bisa makan nasi kalo gak disuapin suami, jadi setiap mau berangkat
kerja suami nyuapin aku dulu, pulang kerja lebih awal untuk menyuapiku, itu
berjalan cukup lama. Mungkin bawaan bayi sampai aku gak doyan nasi yang gak
dari tangan ayahnya, hehehe.
Setelah umur
kandunganku tiga bulan, aku mulai berani untuk usg, waktu itu suamiku mengantar
ke dokter kandungan, pertama kali aku melihat bentuk janin di rahimku, masih
kecil hanya berapa gram saja, rasanya terharu sekali, melihat jantungan
berkedap-kedip di layar computer, subhanallah luar biasa sekali saat itu.
24 MINGGU
Satu, dua,
tiga, empat bulan aku lewati, aku masih saja mual, dan semakin tua kehamilanku
aku merasa semakin sensitive, setiap suamiku lupa member kabar atau lupa
menanyakan hal-hal yang sepele aku mudah sekali ngambek, marah dan menangis,
rasanya pribadiku berubah menjadi sangat manja dan cengeng. Rasa mual masih
saja aku rasakan sampai saat ini, ya Allah hampir aku gak bisa makan nasi,
hanya buah dan sayuran.
Setelah tujuh
bulan, ada adat di daerahku untuk membuat syukuran untuk janin dan ibunya agar
selalu mendapat perlindungan dari Allah, biasa di sebut mitoni kalo di
daerahku, jadi waktu itu bikin rujak terus dibagikan di desa, dan malamnya
mengadakan tasyakuran. Konon katanya kalo rujaknya pedas anaknya laki-laki,
kalo manis perempuan. Waktu itu kebetulan rujakku enak, pedas manis pas dan
hasilnya anakku perempuan, hehehehe.
Setelah tujuh
bulan aku mulai boleh membeli peralatan tetek bengek untuk calon bayi, waktu
itu aku antusias banget, karna ini salah satu moment yang aku tunggu. Semalam sebelum
belanja aku catat semua yang di perlukan, karna ini yang pertama aku gak tau
apa aja yang harus dbeli, untung ada ibu yang selalu membantu, peran ibuku
disaat aku hamil sungguh luar biasa, beliau sangat memperhatiakan aku, menjaga
makan dan perasaanku. Sungguh luar biasa peran beliau, hingga sekarang.
Hari pertama
belanja, aku hanya berdua dengan suamiku, ternyata satu hari gak cukup untuk
belanja keperluannya, butuh sampai tiga hari, setelah semua keperluan adek
sudah lengkap, aku mulai mencuci bajunya, rasanya ada kebahagian tersendiri
ketika aku menjemur satu per satu baju mungil itu, sambil mengelus perut, aku
membisikan kalimat-kalimat manja untuk calon anakku. Indahnya menjadi seorang
ibu, luar biasa sekali. Sampai sekarang aku masih merindukan masa-masa itu.
Tujuh bulan
berlalu, delapan bulan berlalu, semakin dekat dengan bulan kesembilan aku mulai
merasakan kekhawatiran, aku mulai merasa takut, aku membayangkan kalo aku tidak
mampu, aku mulai membicarakan hal itu dengan suamiku, sampai akhirnya kami
memutuskan untu Caesar, karna perasaan yang sama, suamiku takut aku merasakan
kesakitan yang akan menyiksaku, setelah itu aku mulai browsing tentang operasi Caesar,
bertanya pada dokter, bidan dan ibuku yang kebetulan dulu mengalami operasi Caesar
waktu melahirkanku, dan setelah aku merenungkan semuanya aku mulai berani
mengambil keputusan kalau akau kan melahirkan normal, hal itu di tentang oleh
suamiku, tapi aku tetap kekeh untuh normal, demi anakku, demi naluri keibuanku
dan demi kedekatanku dengan anakku, aku yakin kodrat permpuan adalah melahirkan
dan Allah pasti akan melindungi dan member kekuatan untukku.
Delapan bulan
lebih dua minggu, tanggal 8 mei 2013, setelah sholat asar, aku merasakan perutku
kontraksi, aku memang sering kontraksi palsu selama ini, jadi aku pikir itu
hanya kontraksi palsu, namun rasanya lebih sakit, aku hanya menahannya,
walaupun terkadang saking sakitnya aku menangis. Setelah abis maghrib ibu
menghampiriku menanyakan keadaanku, beliau bilang mungkin ini waktunya, tapi
aku tetep bilang belum bu ini hanya kontraksi palsu, sampai aku gak kuat,
setelah isya budhe yang kebetulan bidan datang ke rumahku, memeriksa kondisiku
dan melakukan cek dalam, ternyata sudah pembukaan dua. Subhanallah sebentar
lagi aku akan bertemu dengan bidadari kecilku.
Aku langsung
menelpon suamiku mengabari bahwa aku akan melahirkan, suamiku yang kebetulan
saat itu ada di Jakarta langsung pulang. Sayang saat itu jalur lalu lintas
sedang macet, suamiku terjebak macet, jam 8 malam aku langsung ke rumah sakit,
disana kembali aku di cek dalam, menyakitkan sekali saat-saat itu dan ternyata
masih pembukaan dua.
Kontraksi sudah
semakin terasa, tapi jaraknya masih agak lama, waktu itu aku mengalami yang
namanya uwat kidang kata orang jawa, kontraksi sambil mengeluarkan darah dan
itu rasanya sakit sekali, jam 12 malam dilakukan lagi cek dalam dan ternyata
masih pembukaan dua saja, aku mulai gelisah, karna merasakan kontraksi yng
sudah cukup lama.
Semalaman aku
menahan rasa sakit di temani oleh ibuku, jam 4 subuh dilakukan lagi cek dalam
dan ternyata masih pembukaan dua, sampai akhirnya jam 8 masih saja pembukaan
dua, aku mulai menangis, aku takut kelahiran buah hatiku tidak akan lancar tapi ibu menenangkanku. Suamiku tak kunjung
datang juga, yang seharusnya sampai subuh tadi.
Setelah jam
10 dilakukan cek dalam oleh dokter kandungan dan ternyata sudah pembukaan
empat, aku sudah lemas saat itu, rasa sakit yang semakin sakit membuatku
berpikir untuk operasi, suamiku pun mendukungnya, tapi ibu meyakinkanku bahwa
aku bisa, sudah setengah jalan, tinggal sebentar lagi, alhamdullilah waktu itu
aku dikelilingi orang-orang terkasihku, hanya suamiku yang tak ada.
Tepat jam
satu suamiku datang, dia mengelus perutku, mendapat omelanku,aku merasa lega
dia ada disisiku, keberadaannya memberikan dukungan yang luar biasa untukku,
saat dia pergi sholat, ternyata aku sudah pembukaan sepuluh, sayang saat
detik-detik kelahiran buah hati kami, dia tidak disisiku, ibu yang
menggantikannya, waktu itu aku cukup lama mengejan karna pernafasanku dan
kondisiku yang sudah lemah, tiga kali aku mengejan dan akhirnyaaaaaa adek
lahir, pertama yang aku tanyakan, sempurna dok? Alhamdullialh sempurna, aku
bersyukur sekali, tangis dan pelukan hangat dari ibu, bayi kecilku yang mirip
sekali dengan ayahnya ada didadaku sambil seolah berkata, hallo bunda, I’m
coming, heheheh
Setelah
proses yang begitu lama, aku masih merasakan proses yang menyakitkan, jahit
menjait dan pembersihan rahim sangat menyiksaku. Setelah beristirahat satu jam,
aku dan bayiku di pertemukan di ruang yang sama, di tidur di sebelahku, pertama
kali aku memegangnya, menciumnya, bahagiannya kami saat itu.
Keluarga berkumpul
di rumah sakit, becanda dan berbahagia bersama, semua perhatian tertuju pada
bidadari kecil kami, semua bahagia, semua terasa indah saat itu, terima kasih
Tuhan, Engkau memberikan karunia yang luar biasa pada kami.
BEBERAPA JAM SETELAH KELAHIRAN KARISSA